Kehidupan aku di Medan memang penuh dengan suka-duka. Sebenarnya lebih kepada melukakan. Untuk membuat aku lebih tegar dalam menempuh liku-liku hidup yang mendatang. Tertawa, teluka, mengenali, menyayangi, mengkhianati, dikhianati, semuanya berpadu dalam mengajar asam garam kehidupan. Dan sejujurnya, parut yang terlakar di hati lebih banyak dari jumlah kenalan yang aku dapat. Dan lebih menyakitkan, luka yang ku terima semuanya dari pihak luar. Pihak ketiga yang tidak mengerti semuanya, namun masih mahu mencampuri urusan dan persahabatan antara kami.
Buat X, setahun persahabatan kita telah menanam rasa sayangku padamu. Sayang seorang sahabat yang mengharapkan ukhuwah fillah ini berkekalan sehingga ke alam sana. Namun, mungkin keutuhan ikatan kita masih belum cukup sehingga kita digugah dan goyah. Mengapa kau masih belum mampu menanam rasa percaya padaku? Yang kuminta hanyalah bersabar untukku menemukan penyelesaiannya, tapi kau sudah dahulu lari dari diri ini. Namun percayalah teman, aku masih tetap akan melindungimu semampuku walau hati kita kini telah jauh. Dan semoga kita tetap mendapat barakah dan perlindungan dari Yang Maha Pengasih.
Untukmu Q, kucuba untuk kembali menyemai rasa sayang buat seorang teman dan ku juga cuba untuk menyorotkan rasa itu buatmu. Tapi, tidak ku duga kita juga akan dilanda kemelut yang aku pernah rasai. Percayalah, bukan khilafmu yang membuat aku terluka. Bukan salahmu yang membuat aku menderita. Tapi campur tangan dari dia yang menyerangku tak semenanya menyakitkan hati ini. Sungguh, aku masih terbakar dengan tuduhan itu. Semoga kalian tetap mendapat petunjuk dariNya, dan aku..tetap di sini, menanti rahmat dan limpah kurniaNya yang ku dambakan dalam diri seorang sahabat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan